CINTA DI UJUNG SENJA di tulis oleh : Asep Hamzah Maulana, xii ipa

Hasil gambar untuk pacaran islami“tak kusangka waktu begitu tega, hadirkan luka dikala cinta melanda. Pikirku begitu berat, tancapkan kakiku kedalam bumi kehampaan. Tak berdaya, tak kuasa, seakan penuh derita, mengapa kita harus berpisah !?” ungkap Rasyid kepada Aisyah, seorang wanita yang menjadi sahabatnya dari kecil.

Cinta memang begitu rumit, datang dan pergi sesuka hatinya. Bagaikan angin, dia begitu sulit di tebak, bahkan untuk sepasang sahabat (Rasyid dan Aisyah). Sebuah persahabatan yang berawal dari rasa kagumnya akan cara berkerudung Aisyah yang selalu rapi dan indah. Aisyah bagaikan jiwa bagi penanya yang selalu goreskan kenangan indah di dalam buku harian nya.

Senja selalu mempertemukan mereka di sebuah mesjid ketika magrhib menyambut. Waktupun mengalir begitu deras, singkirkan masa demi masa, memintal mereka dengan beragam cerita. Memisahkan nya, dan menyatukan nya kembali ketika beranjak dewasa. Bagaikan kepompong, waktu melahirkan rasa yang “lebih” dari sebuah persahabatan. Berikan mereka warna dan memisahkan nya, agar tak terlena. Perpisahan yang kedua kalinyapun terjadi. Senja kembali menyadarkan mereka bahwa waktu begitu singkat. Waktu bagaikan penghalang agar mereka tak berjalan bersama.

“maafkan aku, karena begitu lancang memanggilmu sebagai kekasih”. Ujar Rasyid kepada Aisyah. (Aisyah hanya diam dan menunduk). Dengan wajah yang penuh kesedihan Rasyid berkata sambil memberikan buku harian nya, “kasih, sepertinya kita akan berpisah. Jangan kau lupakan aku”.
“wahai kasih ku. Jangan kau bersedih. Percayalah, ini adalah jalan terbaik. Jika aku tak dapat menemani langkah mu. Maka jadikan aku aku sebagai tujuan dari perjalananmu. Berjuanglah, tunaikan kewajiban mu. Dan kembalilah...” jawab Aisyah (dengan air mata mengambang di pelupuk matanya). “kasih, andaikan kau tahu, kaki ini begitu berat melangkah. Mata ini tak sanggup menatap jalan karena masih ingin menatap wajahmu.” Timbal Rasid. Aisyah pun menjawab, “percayalah! Aku akan selalu ikhlas menunggu mu di simpang jalan, menunggumu menyambutku untuk melangkah bersama. Membawaku mengarungi samudra dengan bahtera kebahagiaan, dimana aku dapat memelukmu dengan halal dan penuh kasih sayang. Ingat kasih, jalan Allah begitu indah”. (Aisyah tak kuasa menahan air matanya).


“Kau telah membakar semangatmu, meyakinkan ku bahwa kau tak akan dustaiku. Meyakinkanku bahwa kau takan kecewakan orang yang berlindung padamu. Terima kasih! Kau telah tanamkan benih kepercayaan di tengah tandusnya hati ini. Kau berikan harapan di dalam rasa takutku. Kasih, tunggulah aku ! hiasilah langkahku dengan do’a mu!” jawab Rasyid (melangkah dengan penuh keyakinan).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CINTA DI UJUNG SENJA di tulis oleh : Asep Hamzah Maulana, xii ipa"

Posting Komentar