Musafir tak berpeta! Oleh: Asya Hilyatul Aulia, XI MIA

Seakan sang musafir menapaki safana putih sejauh retina menatap, terhenti di tengah jalan melihat sekitar, namun si musafir kehilangan arah, jejak tingallah jejak tertutupi butiran putih dari langit. Kini sang musafir tersesat di safana antah berantah bergulat dengan ketakutannya dengan semua kecewanya, tertatih sesak menahan rindu yang tak tahu harus dikemanakan.


Akankah lautan gelora dalam jiwa jadi nyata bagi sang musafir?
Akankah rindunya sampai pada sang pemilik hati?

Musafir itu bergulat dengan hatinya yang tak henti menghujam tanya dan menghujat dengan penyesalan.

Lantas mengapa dia memilih menjadi musafir tak berpeta? Sedangkan banyak peta yang bersedia   ada untuknya!! Musafir itu pernah memiliki peta, namun takdir merenggut tanpa ampun peta dari genggaman sang musafir. Kini sang musafir mematung sepi, menanti, berharap semoga yang katanya "AKAN INDAH PADA WAKTUNYA" bukan sekedar katanya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Musafir tak berpeta! Oleh: Asya Hilyatul Aulia, XI MIA"

Posting Komentar